Membaca Arah Kebijakan Luar Negeri Para Capres

by -60 Views
Membaca Arah Kebijakan Luar Negeri Para Capres

Tim Riset Analisis Kebijakan Luar Negeri dan Diplomasi, Program Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Indonesia, memberikan penilaian mengenai arah kebijakan luar negeri tiga calon presiden (capres) yang akan bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024. Mereka menyampaikan penilaian berdasarkan pidato dan tanya jawab dalam forum CSIS Jakarta pada tanggal 7, 8, dan 13 November 2023.

Anies Baswedan, capres nomor urut 1, menyusun strategi politik luar negeri dengan konsep “kekuatan cerdas berbasis nilai” atau “value-based smart power”. Dia menekankan perlunya reorientasi kebijakan luar negeri yang berdasarkan pada nilai-nilai sebagai panduan kebijakan luar negeri dan pelaksanaan praktisnya. Anies juga memberikan prioritas pada pemulihan institusi negara, strategi ekonomi berkeadilan, menjaga kelestarian lingkungan, dan meningkatkan brand Indonesia.

Prabowo Subianto, dengan strategi Good Neighbor Policy, menjadikan Indonesia sebagai tetangga yang baik bagi negara-negara di sekitarnya. Dia menegaskan prinsip “one thousand friends too few, one enemy too many” untuk menjalin hubungan baik dengan negara-negara lain. Prabowo juga menekankan prinsip bebas-aktif dan non-aligned dalam kebijakan luar negerinya.

Ganjar Pranowo memaknai kembali prinsip politik bebas aktif dengan fokus pada lima rencana prioritas politik luar negeri Indonesia, yaitu menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, menciptakan kemandirian energi, membangun kedaulatan maritim, mendorong industrialisasi, dan memberikan perlindungan WNI. Ia mengawali perhitungannya dari potensi yang Indonesia miliki sebelum membangun strategi untuk memanfaatkan potensi tersebut secara maksimal.

Menurut penilaian dari Tim Riset Analisis Kebijakan Luar Negeri dan Diplomasi, Anies memiliki konsep yang teroperasionalisasi dengan baik dari hulu hingga hilir, Prabowo memberikan penekanan pada bangunan utama kebijakan luar negerinya, dan Ganjar memiliki kekuatan pada keterukuran dalam program-program prioritas yang dia tawarkan.

Meski demikian, penilaian tersebut tidak mencoba untuk menilai apakah tawaran kebijakan luar negeri capres berbasis pada data yang memadai dan tidak pula menyimpulkan bahwa pidato mereka di forum tersebut menjadi indikator tunggal dalam memahami kebijakan luar negeri yang akan mereka ambil jika mereka memenangkan pilpres. Pilihan ada pada publik Indonesia untuk menentukan mana yang akan dipilih sebagai presiden Indonesia selanjutnya.