Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengaku enggan meninggalkan Kota Jakarta dan berpindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
Ia beralasan bahwa IKN yang berada di Kalimantan Timur itu sampai saat ini belum layak untuk ditinggali.
Lebih lanjut, belum ada sikap di Koalisi Perubahan soal keberlanjutan IKN jika menang Pilpres. Cak Imin mengatakan saat ini Koalisi Perubahan masih diskusi soal IKN.
“Kita lagi diskusi terus. Saya termasuk ingin mempertahankan IKN supaya jalan terus, tapi di Koalisi Perubahan akan diskusi terus,” kata Cak Imin.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara (Jubir) TKN Prabowo-Gibran, Dedek Prayudi turut mengomentari pernyataan dari Cak Imin.
Bahkan, melalui cuitan di akun X atau twitter pribadinya @uki23, ia membeberkan 10 fakta yang berkaitan dengan IKN.
Diantaranya terkait IKN yang sudah diundangkan, terus ada Jakarta yang dinilai sudah tidak mampu lagi sebagai pusat pemenrintahan dan sudah dianggap padat penduduk.
Selain itu, Dedek membeberkan dipilihnya Penajam Passer di wilayah Kalimantan Timur sebagai IKN karena merupakan cita-cita pendiri bangsa dan beberapa alasan lainnya.
Berikut 10 Fakta Yang Beberkan Juru Bicara (Jubir) TKN Prabowo-Gibran, Dedek Prayudi dikutip dari akun X pribadinya @uki23.
IKN sudah diundangkan, yaitu UU no 3 tahun 2022 tentang IKN. Fraksi PKB adalah salah satu yang menyetujui UU IKN bahkan yang usul RUU IKN masuk prioritas prolegnas. Tugas Eksekutif adalah melaksanakan UU.
Jakarta sebagai pusat Pemerintahan dan pusat ekonomi dan bisnis sekaligus sudah tak mampu menanggung beban kependudukan.
Dengan jumlah penduduk lebih dari 10 juta dan luas wilayah cuma 661 km², Jakarta memiliki kepadatan penduduk ±16 ribu/km² dan ini menjadikan Jakarta salah satu kota terpadat di dunia.
Kepadatan Kuala Lumpur ±6800/km². Singapura ±8500 km². Kepadatan Jakarta sama dengan ± Singapura dan KL digabung.
Dampaknya? Air tanah di satu km² terus disedot oleh sebagian besar 15ribu orang sehingga permukaan tanah di DKI amblas 6-18cm²/tahun. Tidak heran DKI diprediksi tenggelan kalau tak ada perubahan radikal.
Dampak berikutnya adalah limbah warga DKI 7500ton/hari dan ini apabila divisualisasikan, sebesar candi borobudur.
IKN bukan memindahkan Jakarta ke Ibukota baru tapi memisahkan pusat pemerintahan dan pusat ekbis. Australia (Sydney-Canberra), New Zealand (Auckland-Wellington), AS (Washington-New York) juga pernah lakukan hal serupa.
Dipilihnya Penajam Passer sebagai Ibukota baru merupakan lanjutan dari apa yang pernah dicita-citakan oleh pendiri bangsa.
Dipilihnya Penajam Paser memiliki landasan geopolitik yang kuat tentang Ibukota negara yang berlokasi di tengah-tengah peta Indonesia.
Dipilihnya Penajam Paser merupakan bukti konkret bahwa kita sedang menggeser orientasi pembangunan nasional dari Jawa-Sentris menjadi Indonedia sentris.
(Erfyansyah/fajar)