Pemerhati Universitas Indonesia Mengkritik Debat Bukan Hanya sebagai Forum ‘Gimmick’ dan Pencitraan

by -86 Views
Pemerhati Universitas Indonesia Mengkritik Debat Bukan Hanya sebagai Forum ‘Gimmick’ dan Pencitraan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Debat seharusnya tidak hanya dianggap sebagai panggung pencitraan atau taktik promosi, tetapi sebagai wadah serius untuk bertukar gagasan. Ini bukan hanya pertunjukan politik atau kesempatan bagi pasangan calon untuk menghindari pertanyaan sulit.

Pendapat ini disampaikan oleh Aditya Perdana, Dosen Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), saat berbicara di kampus UI Depok, Senin (11/12/2023).

Menurut Aditya, debat Pilpres seharusnya menjadi ajang untuk menyampaikan ide dan gagasan yang relevan dalam menjalankan pemerintahan ke depan. Debat juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendukung atau menantang konsep dan implementasi kebijakan ke depan.

Aditya menjelaskan bahwa debat memiliki peran penting bagi pemilih, karena masyarakat saat ini mencari tawaran program kerja, kebijakan yang menguntungkan pemilih, dan visi yang jelas untuk pembangunan ke depan.

Meskipun karakter dan kepribadian calon pemimpin juga menjadi perhatian pemilih, program kerja juga merupakan faktor serius yang dipertimbangkan.

“Perhatian publik terhadap hal ini sekitar 35 persen, seperti yang tercermin dari survei nasional Algoritma pada bulan Desember 2022 dan Juni 2023,” ujar Aditya, yang juga menjabat sebagai Direktur Algoritma Research and Consulting.

Terlebih lagi, sekitar 45 persen pemilih masih belum pasti dalam pilihan mereka terhadap calon presiden. Oleh karena itu, debat memiliki peran krusial.

Topik debat pertama Pilpres pada tanggal 12 Desember 2023 akan membahas isu-isu penting dalam penegakan hukum, pemberantasan korupsi, tata pemerintahan, dan penguatan demokrasi. (ant)