Iwan Bule dan Enam Prinsip Kepemimpinan Humanis dalam Membentuk Organisasi yang Berkelanjutan

by -417 Views
Iwan Bule dan Enam Prinsip Kepemimpinan Humanis dalam Membentuk Organisasi yang Berkelanjutan

Jakarta – Konsep “kepemimpinan humanis” berakar dari psikologi humanistik yang menekankan pada pentingnya pertumbuhan individu, aktualisasi diri (self-actualization), dan pengembangan holistik individu. Konsep ini sejalan dengan perspektif teoritis seperti kepemimpinan transformasional, kepemimpinan pelayanan, dan kepemimpinan autentik. Kepemimpinan humanis mengintegrasikan teori-teori tersebut dengan menempatkan fokus yang kuat pada empati, kolaborasi, dan perlakuan etis terhadap individu dalam konteks organisasi. Model ini tidak hanya berfokus pada pencapaian tujuan organisasi, tetapi juga pada perkembangan individu, kesejahteraan kolektif, dan dampak positif terhadap masyarakat.

Kepemimpinan humanis menjadi landasan yang kuat untuk membangun organisasi yang berkelanjutan, mengintegrasikan prinsip-prinsip kemanusiaan, empati, dan keadilan. Sebagai sebuah konsep yang holistik, kepemimpinan humanis menciptakan lingkungan dimana kebutuhan, aspirasi, dan nilai-nilai unik setiap individu diakui dan dihormati.

Ada beberapa elemen kunci dari model kepemimpinan humanis. Pertama, adanya empati sebagai fondasi. Pemimpin humanis tidak hanya memandang anggota tim sebagai sumber daya produktif, tetapi juga sebagai individu dengan kebutuhan dan aspirasi masing-masing. Aktif mendengarkan, merespons, dan memahami berbagai perspektif di dalam organisasi, pemimpin humanis menciptakan hubungan yang didasarkan pada saling percaya dan penghargaan.

Rasa empati yang dimiliki oleh Iwan Bule banyak dikagumi oleh masyarakat. Salah satunya adalah kesaksian dapat dikonfirmasi dari beberapa anggota klub motor Merah Putih Hitam (MPH) dan pemuda dari organisasi masyarakat yang pada saat itu turut memberikan dukungan kepada Iwan Bule di Rumah Aspirasi, Kota Bandung, pada 4 Maret 2023. Iwan Bule, yang diakui sebagai sosok tegas namun perhatian, dilihat sebagai “ayah” bagi pemotor milenial di MPH, memberikan dukungan sejak era kegiatan senior pemotor di jalanan.

Ridwan Ginanjar, Ketua Umum MPH, menegaskan bahwa Iwan Bule bukan hanya sekadar mentor, tetapi juga dianggap sebagai figur ayah yang mendukung kelangsungan keluarga di MPH. Dukungan dari anggota pemotor milenial, yang mencapai 10 ribu orang, menunjukkan kesatuan mereka dalam mendukung Iwan Bule sebagai Gubernur Jawa Barat. Mantan Kapolda Jabar dan Pj Gubernur ini diakui memahami situasi Jawa Barat secara umum, dan harapannya adalah Iwan Bule dapat membawa perubahan positif ke depan sebagai seorang “ayah” yang peduli dan berpengalaman.

Kedua, keterlibatan dan partisipasi sebagai strategi yang diaplikasikan dalam kepemimpinan humanis. Lebih dari sekadar upaya untuk meningkatkan produktivitas, keterlibatan aktif anggota tim dalam pengambilan keputusan dan kontribusi kreatif individu bertujuan memastikan bahwa setiap anggota tim merasa dihargai dan memiliki peran yang signifikan dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, tim tidak hanya menjadi lebih produktif tetapi juga lebih terhubung, kreatif, dan mampu mengatasi tantangan bersama.

Salah satu bentuk implementasi dari elemen ini ditunjukkan oleh Iwan Bule pada saat “ngawangkong” dengan relawan dalam acara pengukuhan yang berlangsung di Ciketak, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Jumat (24/11/2023) malam. Dalam kesempatan tersebut, Iwan Bule tidak hanya sekadar berbicara tentang pencapaian pribadinya, tetapi juga memberikan perhatian khusus kepada para relawan yang hadir. Dengan tulus, ia menyampaikan salam dan terima kasih atas dedikasi mereka dalam mendukung berbagai peran yang pernah diemban, mulai dari Kapolda hingga Tim Ahli Wakil Presiden. Iwan Bule juga memberikan pandangan dan rencananya terkait pembangunan jalan tol Cirebon-Ciamis-Pangandaran yang berhasil direalisasikan oleh Presiden Joko Widodo, menunjukkan keterlibatannya dalam upaya meningkatkan perekonomian rakyat.

Namun, yang lebih mencolok dari sosok Iwan Bule adalah sikap rendah hati dan tawaduknya. Setelah memberikan pidato dan menjawab pertanyaan para relawan, Iwan Bule secara pribadi menyapa mereka satu per satu, bahkan mencium tangan saudaranya yang lebih tua sebagai tanda penghormatan. Sikap ini mencerminkan bahwa Iwan Bule bukan hanya seorang pemimpin yang berempati, tetapi beliau juga peduli dan menghargai kontribusi setiap individu, termasuk relawan yang mendukungnya. Melalui interaksi pribadinya yang tulus dan pelayanan kepada konstituennya, Iwan Bule pada akhirnya berhasil memberikan contoh tentang bagaimana menjadi pemimpin humanis yang mampu membangun hubungan berdasarkan saling percaya dan penghargaan.

Ketiga, pengembangan individu menjadi fokus utama dalam kepemimpinan humanis. Pemimpin tidak hanya memandang anggota tim sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi, melainkan sebagai individu yang memiliki potensi pertumbuhan dan perkembangan personal. Dengan menyediakan pelatihan, mentorship, dan sumber daya, pemimpin humanis berinvestasi dalam pengembangan jangka panjang yang tidak hanya menguntungkan individu tetapi juga memperkaya organisasi dengan beragam keterampilan dan perspektif.

Aplikasi dari poin ketiga ini dapat dilihat ketika Iwan Bule menjabat sebagai Ketua PSSI. Pada era kepemimpinannya, telah tercatat sejumlah inovasi signifikan untuk Timnas Indonesia. Dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas pemain Indonesia, ia merekrut Luis Mila – mantan pemain sepak bola Spanyol yang lama malang-melintang di kompetisi level tertinggi Spanyol – sebagai pelatih; dan mengontrak Shin Tae-yong – Pelatih Korea Selatan pada Piala Dunia 2018 yang pertama kali berhasil memenangkan Kejuaraan Klub Asia / Liga Champions AFC sebagai pemain dan pelatih, dan memenangkan Kejuaraan Klub Asia 1995 dan Liga Champions AFC 2010 – untuk mengelola Timnas Senior dan Timnas Kelompok Umur.

Dibawah komando Iwan Bule dan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia berhasil meraih prestasi dengan memenangkan trofi di kategori Timnas U-16. Selain itu, Timnas Indonesia juga berhasil lolos ke Piala Asia untuk tim senior dan tim U-19. Tidak hanya itu, era kepemimpinan Iwan Bule juga berhasil membuat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, serta menghadirkan pelatih berkelas dunia, yakni Shin Tae-yong.

Keempat, keadilan, kesetaraan, dan keterbukaan menjadi dasar yang kokoh dalam kepemimpinan humanis. Dengan menerapkan kebijakan yang adil dan inklusif, pemimpin humanis menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mendukung. Konflik dihadapi dengan kebijaksanaan dan keadilan, memastikan bahwa setiap anggota tim merasa dihormati dan diberdayakan.

Contoh yang dilakukan oleh Iwan Bule tercermin pada perhatiannya terhadap organisasi masyarakat seperti Garuda Singa Perbangsa. Iwan Bule, menilai bahwa organisasi masyarakat (ormas) masih belum mendapatkan pengakuan yang memadai dari masyarakat. Kehadiran ormas juga masih belum mencapai harapan publik, sebagaimana termanifestasi dalam resistensi yang masih ditemui dari sebagian masyarakat terhadap keberadaan organisasi tersebut. Iwan Bule menekankan perlunya kesadaran bahwa ormas masih menjadi konsep yang kurang familiar bagi sebagian masyarakat.

Iwan Bule berpendapat bahwa arah dan budaya organisasi yang sudah baik perlu ditingkatkan untuk lebih bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk membangun stigma positif terhadap ormas adalah dengan menanamkan rasa memiliki masyarakat terhadap organisasi tersebut.

Kelima, keterbukaan dan komunikasi transparan membangun budaya kerja yang jujur dan terbuka. Pemimpin humanis berbagi informasi dengan transparan, mengakui keberhasilan dan kegagalan sebagai pelajaran bersama. Ini menciptakan atmosfer di mana setiap anggota tim merasa terlibat dan memiliki pemahaman yang jelas mengenai arah dan tujuan organisasi.

Keterbukaan dan transparansi yang ditunjukkan oleh Iwan Bule dapat dilihat melalui sikap fleksibelnya yang tanpa ragu menceritakan asal usulnya kepada siapa pun. Baginya, tidak ada yang perlu disembunyikan, karena sebagai perwakilan rakyat, Iwan Bule meyakini bahwa kepemimpinan tersebut adalah milik rakyat dan rakyat berhak mengetahui segala hal yang tengah dilakukannya, termasuk aspek masa lalunya. Di tengah trend di mana beberapa pemimpin enggan membuka cerita tentang kehidupan pribadinya, Iwan Bule memperlihatkan keterbukaan yang mencolok, terlihat dari beragam wawancara dan interaksi yang aktif dijalin dengan masyarakat. Kebiasaan ini, yang ditunjukkan dalam berbagai situasi, akhirnya menjadi prinsip yang terimplementasikan dengan konsisten oleh Iwan Bule, terutama selama masa jabatannya sebagai pejabat publik.

Terakhir, pemberdayaan menjadi pusat dari kepemimpinan humanis, di mana tanggung jawab dan otonomi diberikan kepada anggota tim. Lebih dari sekadar memberikan wewenang, pemimpin humanis juga memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Inisiatif dan kreativitas didorong, menciptakan lingkungan di mana setiap anggota tim merasa memiliki kontribusi yang berarti.

Penerapan dari pemberdayaan ini terlihat ketika Iwan Bule memberikan keleluasaan kepada tim relawan kampanyenya yang bergerak di daerah-daerah. Iwan Bule mempercayai kreativitas dan loyalitas timnya untuk bergerak ke masyarakat sehingga tim Iwan Bule pun merasa sangat leluasa untuk bergerak lebih aktif tanpa adanya tekanan yang berarti dari Iwan Bule. Berkat keleluasaan tersebut, banyak masyarakat yang memuji tindakan tim Iwan Bule dan Iwan Bule itu sendiri karena dianggap cara kampanye yang digunakan sangat menyentuh aspirasi masyarakat hingga ke akar-akarnya.

Iwan Bule telah menunjukkan kualitas dalam membangun kepemimpinan humanis yang menjadi modal positif bagi beliau untuk melanjutkan pengabdian kepada bangsa dan negara di Senayan nantinya. Rekam jejak merupakan salah satu poin penting dalam menilai calon wakil rakyat dan Iwan Bule telah memperlihatkan rekam jejak yang sangat baik dalam kepemimpinan humanis tersebut. (SENOPATI)

Sumber: https://prabowosubianto.com/iwan-bule-dan-enam-elemen-kepemimpinan-humanis-dalam-membangun-organisasi-yang-berkelanjutan/

Source link