Gus Miftah dan Ahok memiliki pandangan yang berbeda dalam memilih karakter pemimpin bangsa. Menurut Gus Miftah, sebaiknya memilih pemimpin yang kaya, sedangkan Ahok menyarankan memilih pemimpin yang miskin.
Ahok mengingat saat dia menjadi bupati dan bertanya kepada warganya mengapa mereka masih memilihnya sebagai kepala daerah meskipun dia kaya. Ahok menirukan suara warga yang menjawab bahwa mereka memilihnya karena tidak ingin ada korupsi lagi. Namun, Ahok menyarankan agar sebaiknya memilih pemimpin yang miskin, karena jika dia korupsi tidak akan banyak merugikan.
Menurut Ahok, standar hidup orang kaya sudah tinggi, sehingga jika mereka korupsi maka nilai kerugian akan lebih besar. Orang kaya memiliki kebutuhan hidup yang besar, sementara orang miskin mungkin baru ingin membeli hal-hal sederhana. Oleh karena itu, menurut Ahok, pemimpin sebaiknya dipilih berdasarkan karakter dan integritasnya, bukan karena kekayaannya.
Sebelumnya, Gus Miftah juga telah memberikan pesan agar pemilih pemula bisa memilih calon pemimpin yang sudah selesai dengan masalah pribadinya, sehingga lebih bisa mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi maupun golongannya.
