Penduduk Indonesia yang menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi hanya 6,41 persen. Sebagian besar penduduk hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat SD.
Berdasarkan data Dirjen Dukcapil pada tahun 2022, jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,36 juta jiwa. Hanya 6,41 persen dari penduduk tersebut yang mampu menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Rinciannya, D1 dan D2 sebanyak 0,41 persen, D3 sebanyak 1,28 persen, S1 sebanyak 4,39 persen, S2 sebanyak 0,31 persen, dan hanya 0,02 persen dari penduduk yang menempuh pendidikan S3.
Tingkat pendidikan sangat memengaruhi pilihan dalam pemilu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin rasional pilihannya. Sebaliknya, mereka dengan tingkat pendidikan rendah lebih rentan terhadap politik transaksional.
Hal ini harus diperhatikan, mengingat setelah Pemilu 2024, akan ada pemilihan kepala daerah (pilkada) pada bulan November. Harapannya adalah agar politik uang tidak semakin menjadi tradisi. Berdasarkan pengalaman Pemilu 2024, praktik money politic masih terjadi menjelang hari pemungutan suara.
Menurut pakar politik dari Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Prof. Firdaus Muhammad, partisipasi pemilih yang tinggi pada Pemilu 2024 tidak sejalan dengan kualitas demokrasi. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pendidikan politik di masyarakat.
Pemilih lebih cenderung melakukan pilihan emosional daripada rasional, yang tercermin dari maraknya money politics. Masyarakat tidak merasa bersalah atas praktik politik uang ini, namun hal ini sebenarnya adalah dampak dari kurangnya pendidikan politik.
Prof. Firdaus mengkhawatirkan adanya pembiaran terhadap warga yang masih kurang paham politik sehingga bisa dimanfaatkan untuk mempertahankan kekuasaan.