National Strategic Challenge: Navigating the Limited Time of the Demographic Dividend

by -186 Views
National Strategic Challenge: Navigating the Limited Time of the Demographic Dividend

Oleh: Prabowo Subianto [dikutip dari buku “Transformasi Strategis Bangsa: Menuju Indonesia Emas 2045”, hal. 53-54, edisi ke-4]

Selain tantangan strategis global seperti perubahan iklim, konflik geopolitik, dan ekspansi cepat kecerdasan buatan, Indonesia dihadapkan pada beberapa isu nasional yang mendesak.

Salah satu tantangan penting adalah penutupan jendela bonus demografi yang akan segera terjadi. Kekayaan bangsa kita terus mengalir ke luar negeri, mengakibatkan aliran kekayaan nasional yang konsisten keluar. Selain itu, ekonomi kita ditandai oleh ketimpangan dan kurang seragam. Demokrasi kita juga terancam oleh pengaruh keuangan yang berlebihan dalam politik.

Kemampuan kita untuk berkembang menjadi negara maju dan makmur bergantung pada kemampuan kita untuk mengelola dan mengatasi tantangan strategis global dan domestik ini.

Jendela Berkurangnya Bonus Demografi

Penduduk kita adalah aset kita, terutama dengan usia median saat ini 29 tahun, yang menandakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia berada dalam usia produktif, ideal untuk belajar dan bekerja secara efisien.

Namun, indikator usia median ini dari penduduk yang muda dan produktif tidak akan berlangsung secara permanen. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang melambat, proporsi penduduk muda Indonesia akan turun. Menurut proyeksi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sekitar tahun 2035—hanya 13 tahun dari sekarang—usia median akan naik.

Secara historis, telah sulit bagi negara-negara untuk mencapai kekayaan dan kemakmuran ketika penduduknya menua melewati usia produktifnya. Saat ini berada sebagai negara berpendapatan menengah, tujuan kita adalah naik ke status berpendapatan tinggi.

Untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi ini, PDB per kapita kita harus naik menjadi $14.000, atau sekitar IDR 210 juta per tahun, yang berarti pendapatan bulanan sekitar IDR 17,5 juta untuk setiap penduduk.

Kita hanya memiliki 13 tahun untuk keluar dari jerat berpendapatan menengah dan menghindari nasib menjadi negara tua sebelum menjadi kaya, seperti yang terjadi di Thailand. Thailand telah menjadi masyarakat yang tua tanpa terlebih dahulu mencapai kekayaan. Kita harus menghindari hal ini dengan memastikan pertumbuhan ekonomi yang cepat sehingga kita dapat menjadi makmur sebelum profil demografi kita menua secara signifikan.

Source link