LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

by -63 Views
LIEUTENANT GENERAL TNI (RET.) YOGIE SUARDI MEMET

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Angkatan Bersenjata Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya simpatik. Matanya tajam dan sikapnya sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia lancar berbicara dalam berbagai bahasa asing, dan tentu saja, dia sangat patriotik.
Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh keyakinan karena berhasil mengusir penjajah.
Pada pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia adalah orang yang saleh dan rajin ke mesjidnya. Dia yang pertama kali aktif memotong beberapa perilaku yang tidak teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saat itu saya adalah Letnan Dua. Setelah lulus, saya melapor ke Komandan KOPASSANDHA saat itu, Jenderal Brigadir Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang rapi, dan seragam yang pas. Tidak ada sedikit pun lemak yang terlihat. Dia suka menggeliatkan lengan bajunya untuk menunjukkan bicep dan tricep besar. Dia tegas namun simpatik.
Dia khas dari generasi ’45, memancarkan keyakinan penuh setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat, tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.
Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan bahwa dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.
Dia sangat religius dan rajin ke mesjidnya. Dialah yang mulai menghilangkan ‘kekurangan’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sedang merajalela di Korps. Ada ‘harapan’ bahwa para prajurit yang baik dalam pertempuran harus juga pandai minum alkohol dan unggul dalam ‘keusilan’ lainnya.

Menariknya, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, bahkan jika tempatnya kosong. Pada saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Baginya, mobil dinas itu untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Itulah contoh generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Pasukannya menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi pemberantasan DI/TII di bawah komando Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Kodam XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya, negara ini belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Situlah dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD yang terkenal lainnya adalah Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link