FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Loyalis Anies Baswedan, Geisz Chalifah, memberikan tanggapan terhadap tuduhan PKS yang mengatakan bahwa gerakan Anak Abah merusak demokrasi.
Dia menantang pernyataan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan kritis.
“Beberapa pertanyaan sederhana. Siapa yang merusak demokrasi?,” kata Geisz dalam keterangannya di akun Twitter @GeiszChalifah, seperti yang dikutip pada Rabu (11/9/2024).
“Siapa yang terlibat dalam gerakan merusak demokrasi? Partai yang turut serta dalam revisi UU Pilkada tidak merusak demokrasi?,” tambahnya.
Mantan Komisaris Ancol itu juga menyentuh situasi politik yang tengah berlangsung, termasuk kasus di mana pemimpin partai besar seperti Airlangga Hartarto harus mundur meskipun partainya telah berhasil mendapatkan kursi di DPR.
“Sekelas Airlangga sebagai ketua partai harus mundur meskipun partainya berhasil mendapatkan kursi di DPR,” ujarnya.
Geisz juga mengomentari peran Mahkamah Konstitusi (MK) dalam memberikan kesempatan bagi kader partai, seperti Airin, untuk ikut serta dalam Pilkada, serta kejadian calon tunggal atau “kotak kosong” di banyak daerah.
“Tanpa keputusan MK, Airin yang merupakan kader partai tidak akan bisa maju. Kader partai lainnya di banyak daerah juga maju dengan calon kotak kosong,” tegasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Majelis Pertimbangan Wilayah PKS Jakarta, Muhammad Taufik Zoelkifli, menyuarakan isu tentang gerakan ‘Anak Abah menyerang tiga pasang calon’ dalam Pilkada Jakarta.
Gerakan ini mengacu pada pendukung Anies Baswedan, yang dikenal sebagai ‘Anak Abah’, terutama di media sosial menjelang Pilpres 2024.