Industri mode fast fashion semakin populer dan menjadi topik pembicaraan sehubungan dengan keberlanjutan lingkungan dan kesadaran akan dampak industri tekstil. Istilah ini merujuk pada produksi pakaian secara massal yang cepat dan murah, meniru tren terbaru dari peragaan busana dan langsung dipasarkan ke toko dalam waktu singkat. Konsep fast fashion memungkinkan konsumen mendapatkan pakaian dengan model terkini dengan harga terjangkau. Namun, di balik kemudahan dan harga murahnya, fast fashion memiliki berbagai dampak lingkungan dan sosial yang signifikan.
Sejarah fast fashion dapat ditilik sejak revolusi industri dimana pakaian dibuat secara manual dengan detail tinggi. Namun, dengan perkembangan teknologi seperti mesin jahit pada tahun 1980-an, produksi pakaian secara massal menjadi lebih cepat dan murah. Brand-brand ternama seperti Zara, H&M, Shein, dan Forever 21 menjadi pelopor dalam tren fast fashion dengan merilis koleksi baru setiap beberapa minggu.
Fast fashion dapat dikenali melalui beberapa ciri khasnya, antara lain selalu mengikuti tren terbaru, perubahan model yang cepat, diproduksi di negara berkembang dengan upah rendah, dan menggunakan bahan berkualitas rendah. Ciri-ciri ini membuat fast fashion menjadi industri yang kontroversial dalam hal dampak terhadap lingkungan dan sosial.
Industri fast fashion memiliki dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, seperti konsumsi air berlebihan, polusi mikroplastik, emisi karbon tinggi, dan limbah tekstil. Selain itu, fast fashion juga memberikan dampak sosial negatif bagi pekerja, terutama di negara berkembang, seperti eksploitasi pekerja, buruknya kondisi kerja, dan tragedi Rana Plaza di Bangladesh.
Sebagai solusi terhadap dampak buruk fast fashion, gerakan slow fashion muncul untuk mengedepankan produksi pakaian yang lebih etis dan ramah lingkungan. Slow fashion menekankan penggunaan bahan ramah lingkungan, mengurangi konsumsi pakaian, mendukung merek yang berkomitmen pada produksi yang berkelanjutan, dan membeli pakaian bekas. Langkah-langkah ini mengarah pada perubahan kebiasaan konsumsi yang lebih berkelanjutan, mendukung lingkungan, dan kesejahteraan pekerja di industri tekstil global.
Semakin meningkatnya kesadaran akan dampak buruk fast fashion, penting bagi kita untuk memilih produk yang lebih berkelanjutan, mendukung gerakan slow fashion, dan mengurangi konsumsi fast fashion. Dengan demikian, tidak hanya lingkungan yang terlindungi, tetapi juga kesejahteraan pekerja di industri tekstil dapat ditingkatkan.