Akbar Endra, seorang jurnalis senior, duduk di Gedung DPR RI, menikmati kopi hitam sambil berdiskusi tentang dinamika politik terbaru. Ia bukan hanya wartawan biasa, namun juga saksi hidup perjalanan reformasi dan mantan legislator yang terus mengawal demokrasi dengan tulisannya yang tajam. Dilahirkan di Akkampeng, Sulawesi Selatan pada tahun 1972, Akbar dibesarkan dalam lingkungan yang mengajarkan keberanian dan kemandirian, memberinya pondasi untuk membentuk karakter kritisnya.
Selama kuliah di Universitas Hasanuddin, Akbar menemukan panggilannya dalam dunia aktivisme, menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Koordinator Aliansi Mahasiswa Pro Demokrasi. Posisi ini membawanya ke garis depan perjuangan reformasi 1998, di mana ia turun ke jalan bersama rekan-rekannya untuk menuntut perubahan dan menyaksikan Indonesia bergerak menuju demokrasi. Tanpa pamrih, hanya dengan idealisme untuk membuat negeri ini lebih baik.
Setelah reformasi, Akbar terjun ke dunia politik dan menjadi anggota DPRD Maros selama dua periode. Di sinilah ia melihat secara langsung bagaimana sistem bekerja, atau seringkali gagal bekerja untuk rakyat. Pengalaman sebagai legislator memberinya wawasan yang mendalam tentang tata pemerintahan dan proses politik yang kemudian ia tuangkan dalam tulisan jurnalistiknya. Dengan latar belakang yang kaya dari jalanan hingga parlemen, Akbar Endra tetap setia dalam mengawal demokrasi melalui karyanya sebagai seorang jurnalis.