Mitos dan Fakta Epilepsi: Jangan Salah Paham!

by -8 Views

Epilepsi masih sering diselimuti berbagai mitos yang keliru dan tidak berdasar. Banyak orang percaya bahwa kejang akibat epilepsi disebabkan oleh hal mistis atau bisa menular hanya dengan berinteraksi. Mitos-mitos ini bukan hanya memperkuat stigma, tetapi juga membuat penderita epilepsi merasa terasing di masyarakat. Padahal, epilepsi adalah gangguan medis yang bisa dijelaskan secara ilmiah dan dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat. Dengan memahami fakta sebenarnya, kita bisa membantu menghapus stigma dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi penderita epilepsi.

Salah satu mitos yang masih berkembang di masyarakat adalah bahwa semua kejang disebabkan oleh epilepsi. Padahal, tidak semua kejang menandakan epilepsi. Beberapa kondisi lain, seperti kadar gula darah rendah atau gangguan jantung, juga bisa menyebabkan kejang. Ada juga psychogenic non-epileptic seizures (PNES) yang disebabkan oleh trauma psikologis, bukan gangguan otak.

Selain itu, ada mitos bahwa penderita epilepsi tidak bisa bekerja. Faktanya, banyak penderita epilepsi bisa bekerja dengan baik jika kejang mereka terkendali oleh pengobatan. Beberapa profesi, seperti pilot atau pengemudi kendaraan besar, memang memiliki aturan ketat. Namun, di luar itu, mereka bisa berkarier seperti orang lain.

Epilepsi juga sering disalah artikan sebagai gangguan mental, padahal sebenarnya adalah gangguan pada sistem saraf yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak. Meski penderita epilepsi memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mental seperti depresi atau kecemasan, bukan karena epilepsinya sendiri, tetapi akibat stigma dan tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Mitos lain adalah harus menahan tubuh orang yang sedang kejang, padahal hal ini justru berbahaya dan dapat menyebabkan cedera. Begitu pula dengan memasukkan benda ke mulut saat kejang untuk mencegah lidah tergigit, tindakan ini keliru dan berbahaya.

Dengan memahami fakta yang benar seputar epilepsi, kita bisa membantu mengurangi stigma dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang hidup dengan epilepsi. Semua orang perlu memahami dan menyebarkan informasi yang benar tentang epilepsi untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi penderita.

Source link