Kenali ‘Avoidant Attachment’ dalam Hubungan Serius

by -7 Views

Saat hubungan mulai memasuki tahap serius, ada sebagian orang yang mungkin merasa ingin menarik diri. Hal ini bukan karena kurangnya rasa sayang, tetapi lebih karena dorongan emosional untuk menjaga jarak. Biasanya, perasaan ini muncul tiba-tiba ketika seharusnya hubungan melangkah ke level yang lebih dalam. Beberapa orang mungkin merasa bahwa menarik diri adalah suatu kebutuhan daripada sekadar pilihan.

Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep avoidant attachment atau pola keterikatan menghindar. Pola keterikatan ini biasanya mulai berkembang sejak masa kanak-kanak, terutama pada anak-anak yang tidak mendapatkan respons emosional yang sensitif dari orang tua atau pengasuh. Anak-anak dengan avoidant attachment cenderung menjadi individu yang sangat mandiri, baik secara fisik maupun emosional.

Ciri-ciri avoidant attachment tidak hanya terlihat pada masa kecil, tetapi juga bisa terbawa hingga dewasa. Beberapa tanda yang dapat dikenali antara lain menghindari kedekatan emosional dalam hubungan, merasa sulit untuk berbagi perasaan, dan fokus pada kebutuhan serta kenyamanan diri sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa gaya keterikatan ini juga dapat berdampak pada kualitas hubungan di usia lanjut.

Avoidant attachment umumnya berkembang karena anak sering mengalami penolakan atau pengabaian emosional dari orang tua atau pengasuh. Anak-anak belajar bahwa mengekspresikan emosi atau mencari dukungan tidak akan mendapat respons yang diharapkan, sehingga mereka mulai menekan keinginan tersebut. Faktor-faktor seperti kurangnya empati dari pengasuh atau orang tua yang merasa terbebani dapat memicu berkembangnya avoidant attachment.

Jadi, penting untuk mengenali pola keterikatan jenis ini agar dapat memahami diri sendiri maupun pasangan dalam sebuah hubungan. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan kita dapat mengatasi avoidant attachment dan membangun hubungan yang sehat.

Source link