Pagi yang cerah di Madrasah Deen Assalam disambut dengan semangat tinggi dari para siswa. Mereka begitu antusias dalam menjawab pertanyaan guru, menampilkan dedikasi dalam belajar meski dalam kondisi sederhana. Dalam sebuah sudut ruangan, terdapat seorang gadis yang tersenyum meski memberikan jawaban yang salah, tetapi semangat belajarnya begitu menyala.
Pesawat yang berangkat dari Bandara Frans Sales Lega membawa 30 anak dari Madrasah Deen Assalam, menciptakan oase harapan di tengah jalan yang sunyi. Meskipun madrasah ini sederhana dengan tiga ruang kelas dan fasilitas dasar, namun semangat untuk menciptakan generasi yang menguasai ilmu agama dan Quran begitu kuat.
Di balik keberhasilan Madrasah ini, terdapat kisah heroik Bripka Syamsuddin, seorang polisi yang ikut mendirikan madrasah ini. Motivasi dari pendirian madrasah ini didorong oleh minimnya lembaga pendidikan Islam di Ruteng, khususnya untuk anak-anak usia dini. Meskipun mengalami keterbatasan dana, Syamsuddin dan istrinya tetap berjuang membangun TK dan MI Deen Assalam.
Selain fokus pada aspek finansial dan administratif, Syamsuddin juga melibatkan perantau dalam penyediaan material bangunan. Madrasah ini juga memberlakukan kebijakan gratis bagi siswa tidak mampu dan yatim, serta membayar guru dengan upah yang sangat rendah demi terus menyelenggarakan pendidikan berkualitas. Meski menghadapi banyak tantangan, Syamsuddin dan Rini tetap berkomitmen untuk memajukan pendidikan Islam di Ruteng.
Dengan semangat dan keyakinan yang teguh, Madrasah Deen Assalam terus berdiri tegak, menjadi bukti bahwa niat tulus dan kerja keras akan selalu membuahkan hasil. Visi mereka adalah memberikan pendidikan berkualitas tanpa terkecuali bagi setiap anak Muslim di Ruteng, merajut mimpi anak-anak kurang mampu dan yatim untuk meraih masa depan yang gemilang.