Jemaah asal embarkasi Makassar melaksanakan tradisi khas Sulawesi Selatan yang dikenal sebagai Mappatoppo atau ‘wisuda’ haji setelah menyelesaikan puncak ibadah haji di Arafah dan di Mina. Mappatoppo di masyarakat Sulsel dianggap sebagai bentuk kebahagiaan dan syukur, serta pengesahan simbolik atas gelar haji yang telah mereka raih. Tradisi ini bukan hanya seremonial belaka, melainkan juga ekspresi syukur atas nikmat Allah dan kesungguhan dalam menunaikan ibadah haji.
Prosesi Mappatoppo menjadi momentum untuk mempererat persaudaraan di antara jemaah dan mengungkapkan kegembiraan setelah menyelesaikan salah satu rukun Islam yang paling agung. Dilakukan di dalam tenda jemaah, ritual ini dilaksanakan setelah jemaah asal Sulsel melontar jumrah aqabah di Mina. Dalam acara ini, jemaah mengenakan pakaian rapi, beberapa di antaranya berpakaian putih, dan masing-masing “diwisuda” dengan diberikan jilbab atau sorban sebagai tanda penghormatan atas gelar “Haji” yang mereka peroleh.
Tradisi ini juga didukung dengan pembacaan shalawat dan doa bersama, mencerminkan kearifan lokal yang dijaga oleh masyarakat Bugis-Makassar, meskipun berada jauh dari tanah kelahiran. Semangat dan kekompakan jemaah haji asal Sulsel ini menjadi inspirasi bagi Ketua Kloter dan seluruh peserta haji lainnya. Diharapkan bahwa keberlanjutan tradisi Mappatoppo ini dapat memperkuat solidaritas di antara jemaah dan membawa pulang semangat haji yang penuh berkah dalam perilaku dan keteladanan. Semoga haji mereka diterima dengan baik oleh Allah.