Dalam satu pernyataannya, Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bernama Dedy Nur Palakka mengatakan bahwa Presiden Jokowi layak disebut nabi. Namun, pernyataan ini langsung menuai protes dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Pegiat Media Sosial bernama Jhon Sitorus, yang akhirnya terlibat dalam perdebatan di sebuah platform media sosial. Jhon menampik klaim bahwa Jokowi adalah seorang nabi politik karena menurutnya, Jokowi tidak pernah menerima wahyu. Dia juga menantang Deddy untuk memberikan bukti yang mendukung klaimnya.
Deddy sendiri memberikan tiga argumentasi sebagai jawaban atas bantahan yang disampaikan oleh Jhon. Pertama, Deddy menjelaskan bahwa kata “nabi” bisa digunakan dalam konteks filsafat, sastra, dan tafsir sosial secara kiasan atau simbolik. Dia menegaskan bahwa tidak ada yang mengatakan bahwa Jokowi memiliki sifat kenabian selain dirinya sendiri. Selanjutnya, Deddy membantah pendapat Jhon bahwa tidak ada orang lain yang menyebut Jokowi sebagai nabi. Dia menyatakan bahwa pemikiran bisa dimulai oleh sekelompok kecil orang.
Terakhir, Deddy juga menjawab argumentasi terkait dengan agama dari Jokowi. Baginya, nilai-nilai kebijaksanaan dan pencerahan tidak hanya dimiliki oleh tokoh-tokoh agama tertentu, namun hampir semua peradaban memiliki sosok yang dianggap sebagai “kenabian” dalam arti membawa nilai luhur dan kebijaksanaan. Seluruh perdebatan ini mencerminkan perbedaan pandangan dan penafsiran terhadap pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh Deddy Nur Palakka.